Senin, 26 Februari 2018

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jayawijaya

Kabupaten Jayawijaya merupakan kabupaten induk di wilayah pegunungan tengah dengan ibukota di kecamatan atau distrik Wamena. Kabupaten ini terletak dihamparan Lembah Baliem yaitu sebuah lembah alluvial dimana lembah yang tanahnya terbentuk oleh proses pengendapan lumpur dan pasir halus yang terbawa oleh air sungai, dimana secara Geografis Kabupaten Jayawijaya ini berada di ketinggian 1.500 - 2.000 m diatas permukaan laut.




 
 Luas Kabupaten Jayawijaya sendiri sebesar 8.495,85 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 210.229 jiwa (berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2016). Sedangkan penduduk Jayawijaya sendiri mengalami pertumbuhan sebesar 1,89 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,88 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,90 persen. Sementara itu besarnya rasio jenis kelamin penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 106,91. Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2016 mencapai 24,74 jiwa/km2.





Untuk bisa sampai ke Wamena yang merupakan ibukota Kabupaten Jayawijaya cukup dengan naik pesawat dari Jayapura (yang merupakan ibukota Propinsi Papua) dengan tarif pesawat sekitar Rp 700.000,- per orang. Maskapai pesawat yang sudah melayani rute Jayapura-Wamena seperti Trigana Air, Express Air (tergantung masa ijinnya per tahun) ,Wings Air dan pesawat Hercules (jika kondisi kepepet banget karena semua pesawat full penumpang). Sedangkan secara angkutan barang (Pesawat Cargo) ada banyak maskapai seperti Trigana Air, Cardig Air, Jayawijaya Dirgantara, My Indo Airlines, Tri-MG Airlines dan juga pesawat hercules pun tak ketinggalan selain mengangkut prajurit jg mengangkut barang-barang yang dikirim ke wamena. Banyaknya pesawat cargo yang mengambil rute ke Wamena dikarenakan semua transportasi dari dan ke Wamena hanya melalui udara. Tidak heran jika harga barang-barang pun mahal . Seperti harga semen per sak sekitar Rp 450.000,- (itu kondisi paing murah lho.....kalau lagi mahal bisa mencapai kisaran Rp 600.000,- sampai dengan Rp 700.000,- per sak nya). Bayangkan jika ikan laut, ayam potong dikirim pakai pesawat. (elit ya....ayam dan ikan naik pesawat....ya semua-semua kudu pakai pesawat). Masalahnya tidak ada laut sama sekali lho di Jayawijaya sehingga kapal pun tidak ada, mau gak mau ya harus naik pesawat.



Walaupun hidup di wamena dengan harga yang serba mahal tidak menyurutkan rasa syukur kami akan keindahan alam dan pesona wisatanya. Di Kabupaten Jayawijaya banyak sekali tempat rekreasi yang bisa kamu kunjungi jika kamu ingin berlibur atau sekedar jalan-jalan santai. Tiap tahunnya kamu akan disuguhkan dengan acara Festival Lembah Baliem sekaligus karnaval menjelang peringatan 17 Agustus.


Adanya pemandangan pasir putih (hamparan pasir dengan sisa karang laut yang tersisa di desa aikima distrik kurulu) dan juga peninggalan sejarah berupa mumi yang ada di distrik kurulu, Danau Habema yang terletak di Distrik Trikora. Belum lagi akhir-akhir ini Bapak Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 baru saja meresmikan jalan trans papua dengan rute wamena-habema-kenyam-mumugu dengan panjang jalur tersebut sebesar 3.800 km. Adapun pemandangan indah bagaikan surga dunia yang kalau dilihat sih kayak di luar negeri gitu seperti Danau Habema dan Batas Batu.

Demikian sekilas gambaran Kabupaten Jayawijaya jika kalian ingin berlibur (nonton Festival Lembah Baliem sambil jalan-jalan di sekitarnya).Semoga bisa menambah wawasan kalian semua bahwa Papua itu menarik dengan pesona wisatanya.
 Foto ini diambil saat KSK Distrik Yigi yaitu ibu Alfonsina Yumame mau melakukan pendataan di Distrik Mbuwa (karena belum ada KSK Distrik Mbuwa) pada saat pendataan Susenas Semester 2 Tahun 2017.Sungguh luar biasa pendataan sekaligus menikmati pemandangan alam yang luar biasa.
Foto ini diambil pada saat Bapak Presiden Joko Widodo meresmikan jalan trans papua dengan menggunakan motor trail.


#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe15


Minggu, 25 Februari 2018

Grup Menulis BPS

Alhamdulillah kali ini saya ngoceh lagi di blog saya, sekaligus update cerita tentang apa yang udah saya alami beberapa hari ini.

Di januari kemaren saya mendapatkan ajakan untuk bergabung di grup Menulis Asyik Dan Bahagia guna mendapatkan bagaimana cara menulis dengan terstruktur baik itu untuk opini, tulisan novel dan tulisan-tulisan lainnya. Dan saya pun mengikuti perkembangannya grup menulis meskipun ada trouble di awal materi karena aplikasi Whats App yang bermasalah. Walaupun tidak mengikuti materi dari pak Iswadi, namun saya tetap bisa mengikuti ke materi selanjutnya.



Program yang dicanangkan oleh Perempuan BPS Menulis ini sekarang sedang berlangsung program kategori 15 hari bercerita selama bulan februari. Awalnya saya termasuk yang telat menulis (makasih ya mbak nurin selaku admin yang kasih saya motivasi menulis aja terus.....), walaupun mulai nulisnya berupa cerita hari pertama tidak pada tanggal 1 februari mulainya.


Selanjutnya sampai sekarang saya masih bercerita (sudah 13 cerita yang telah saya tuliskan pada medsos seperti facebook, instagram dan blog. Kegiatan ini sangat menarik banyak pihak baik teman-teman BPS sendiri (termasuk yang di luar grup sering japri ke saya secara langsung kalau ikut kegiatan ini sepertinya asyik dan seru), dan juga dari luar instansi BPS yang penasaran dengan program 15 hari bercerita.

Antusiasnya admin dalam menyebarkan virus semangat menulis baik di medsos ataupun di surat kabar (berupa opini), membuat kami member grup Perempuan BPS Menulis ingin terus belajar menulis ditambah dengan materi kedua yang saya dan grup dapatkan dari Mbak Tasmilah mengenai Produktif Membunyikan Data Melalui Opini. (Terima kasih buanyak Mbak Tasmilah dan Admin). Materi yang dibawakan oleh mbak Tasmilah sungguh menggungah minat para insan BPS dalam menulis khususnya menulis di media surat kabar (koran).


Semoga grup Perempuan BPS Menulis ini bisa menjadi semangat kami insan perempuan BPS dalam menulis dan menyebarkan ilmu menulis guna menambah wawasan yang berguna.

#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariMenulis
#HariKe14


Senin, 19 Februari 2018

Susahnya Mencari Angka Kematian Di Wilayah Pegunungan Tengah Papua


Angka Kematian Kasar atau yang lebih dikenal dengan Mortalitas merupakan angka yang menunjukkan banyaknya kematian untuk setiap seribu orang penduduk pada pertengahan tahun yang terjadi pada suatu daerah pada waktu tertentu.

Dimana angka kemtian ini sangat berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka Kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.

Di Wilayah Papua sendiri khususnya kawasan Pegunungan Tengah hampir susahnya kami mendapatkan pengakuan dari responden apakah ada keluarga yang meninggal dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Hal ini saya alami ketika melakukan Sensus Penduduk di Kabupaten Tolikara, Papua.

Rata-rata masyarakat di Papua susah sekali untuk mengaku apakah ada yang meninggal dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Hal ini diakibatkan karena penduduk asli papua itu sendiri tidak ingin mengingat kejadian yang mengakibatkan berduka atau mengalami kesedihan mendalam akibat kehilangan sanak saudara. Disamping itu juga, susahnya mendapatkan informasi tentang kematian yang dialami oleh responden adalah bahwa dalam benak masyarakat tersebut bahwa setiap petugas BPS yang datang pasti akan ada harapan bantuan buat mereka. Padahal setiap petugas BPS yang datang tidak menjanjikan apa-apa kepada msyarakat manapun.


Dalam hal ini masyarakat Papua khususnya wilayah pegunungan tengah selalu merasa takut jika jumlah penduduknya berkurang dari tahun ke tahun. Sehingga para responden tetap mengaku kalau art yang sudah meninggal masih dianggap hidup sampai sekarang.

Nah disini susahnya kita sebagai petugas BPS melakukan probing langsung kepada responden dalam mentukan jumlah kematian yang ada pada suatu wilayah. Sehingga pendekatan berbagai cara pun dilakukan agar mendekati kewajaran, seperti mendatangi kuburan di suatu wilayah yang nihil angka kematiannya dan dilihat data kematian yang tertera pada plang yang ada di kuburan.



Selanjutnya, ada sedikit trik dari bapak mantan Kepala BPS Papua era Januari 2016-Januari 2017 yang sekarang Kepala BPS Propinsi DI Yogyakarta Bapak Johanes De Brito Priyono dalam mendekati menghitung jumlah angka kematian. Trik yang diberikan yaitu menghitung jumlah ambulance yang membawa orang meninggal (biasanya ambulance ada pengiringnya menggunakan bendera putih untuk yang muslim dan bendera hitam untuk yang beragama kristen protestan maupun yang beragama kristen khatolik) yang lewat di sekitar kita (saesuai wilayahnya agar tidak double counting). Hal ini dilakukan beliau agar mendapatkan pendekatan kewajaran angka kematian yang ada di wilayah papua.

Demikian keunikan pendataan di Propinsi Papua, semoga menjadi masukan yang baik bagia kita semua selaku insan BPS terutama di wilayah daerah papua khususnya pegunungan tengah.


#PerempuanBPSMenulis
#MenulisAsyikDanBahagia
#15HariBercerita
#HariKe9

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jayawijaya

Kabupaten Jayawijaya merupakan kabupaten induk di wilayah pegunungan tengah dengan ibukota di kecamatan atau distrik Wamena. Kabupaten ini t...